Pemerintah Indonesia masih terus melakukan negosiasi tarif impor dengan Amerika Serikat (AS) menjelang deadline penundaan tarif resiprokal yang ditetapkan oleh Presiden AS, Donald Trump. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa pemerintah telah memberikan penawaran kedua kepada AS dan telah menyiagakan tim negosiasi di Washington DC untuk merespons dengan cepat hal-hal yang membutuhkan penanganan mendesak.
Tim negosiasi Indonesia berada dalam posisi standby di Washington untuk dapat merespons dengan cepat setiap perubahan atau kebutuhan keterangan detail lebih lanjut. Airlangga juga menyatakan bahwa salah satu penawaran Indonesia kepada AS adalah investasi di sektor critical mineral, yang melibatkan partisipasi Danantara dalam prosesnya.
Investasi ini berkaitan dengan mineral penting seperti tembaga, nikel, dan komoditas lain yang dibutuhkan untuk industri kendaraan listrik, peralatan militer, elektronik, dan antariksa. Meskipun negosiasi terkait investasi mineral penting ini masih dilakukan secara tertutup dengan otoritas AS karena terikat perjanjian non-disclosure, Airlangga menyatakan bahwa tawaran Indonesia cukup menarik bagi AS.
Proyek-proyek investasi ini bersifat brownfield, yaitu pada proyek-projek eksisting yang sudah berjalan di Indonesia, seperti kepemilikan di Freeport yang telah berlangsung sejak 1967. Dengan komitmen Pemerintah Indonesia untuk mengimpor sejumlah komoditas dari AS, terutama dalam sektor energi dan agrikultur, upaya negosiasi terus dilakukan untuk menjaga hubungan antara kedua negara.