Memasuki tahun ajaran baru, banyak orang tua yang antusias mengantar anaknya ke sekolah, terutama bagi mereka yang baru pertama kali menginjakkan kaki di jenjang sekolah dasar (SD). Di lingkungan sekolah, anak-anak tidak hanya belajar, tetapi juga bermain dan berinteraksi dengan teman-temannya, termasuk saat beristirahat dan jajan di kantin sekolah. Namun, perlu diingat bahwa kebiasaan jajan anak di sekolah perlu diperhatikan secara khusus. Anak-anak seringkali memilih makanan atau minuman hanya berdasarkan penampilan atau rasa tanpa memperhatikan nilai gizi. Terutama, minuman manis berwarna menjadi salah satu favorit yang banyak diminati, padahal mengandung gula tambahan dalam jumlah tinggi.
Minuman manis berwarna dapat memiliki efek negatif bagi kesehatan anak. Diantaranya, meningkatkan risiko obesitas karena mengandung fruktosa yang membuat anak merasa lapar lebih sering. Selain itu, asupan fruktosa berlebih juga dapat menyebabkan resistensi insulin, yang menjadi faktor risiko terjadinya diabetes di usia dini. Konsumsi fruktosa dalam jumlah berlebih juga berpotensi menyebabkan gangguan hati seperti Nonalcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD).
Tidak hanya itu, minuman manis berwarna juga berisiko menimbulkan kecanduan akibat gula berlebih yang merangsang pelepasan hormon dopamin. Penelitian juga menunjukkan bahwa asupan minuman manis dapat berkaitan dengan risiko pembentukan batu ginjal, penyakit jantung, dan bahkan kanker. Melihat risiko ini, orang tua sebaiknya mulai membatasi konsumsi minuman manis pada anak sejak dini. Memberikan alternatif seperti air putih atau jus buah alami tanpa tambahan pemanis menjadi pilihan yang lebih sehat.
Dengan pengawasan dan edukasi yang baik, diharapkan anak-anak dapat membentuk kebiasaan makan dan minum yang lebih sehat demi mendukung tumbuh kembang yang optimal. Konsultasikan juga dengan tenaga medis jika diperlukan. Semua upaya ini dilakukan untuk memastikan bahwa anak-anak mendapatkan pola makan dan minum yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan mereka secara keseluruhan.