Pada tanggal 18 Juli 2025, pleidoi secara resmi merilis single debut mereka yang berjudul “air mata di hari yang asing”. Lagu ini merupakan bagian dari album penuh dengan judul ‘antara aku dan kau terbentang semua hal bajingan di kehidupan’. Konsep yang diusung oleh pleidoi adalah menggabungkan musik dan puisi dalam satu ruang ekspresi emosional yang intim dan getir.
Semua lirik dalam album ini diambil dari buku puisi “kepada bangsa yang membuatku jadi penduka” karya vokalis Julianno Lorca. Proses perkurasi puisi-puisi dari buku tersebut dilakukan oleh Paulus Neo dan Dimas Suryo sebelum diadaptasi menjadi lirik. Julianno Lorca kemudian memberikan nyawa pada lirik-lirik tersebut dengan pembacaannya yang penuh karakter dan pengalaman pribadi.
Lagu pembuka “air mata di hari yang asing” diambil dari puisi “potret kami sebagai anak muda di sebuah kota” yang dianggap mencerminkan identitas pleidoi sebagai anak rantau yang menghadapi tekanan sosial dan ekspektasi hidup. Secara musikal, lagu ini memiliki pendekatan lembut dengan nuansa indie pop yang menggambarkan suasana mental yang terus-menerus terjebak dalam satu lingkaran.
Meskipun tenang, lagu ini membuka pintu menuju cerita-cerita selanjutnya yang lebih gaduh, jujur, dan personal. Melalui “air mata di hari yang asing”, pleidoi tidak hanya memperkenalkan diri mereka tetapi juga mengajak pendengar untuk merasakan dan meresapi perasaan yang sulit dijelaskan namun bisa disuarakan bersama-sama.