Bright Eyes kembali menunjukkan kepedulian sosial mereka melalui lagu terbaru yang berjudul “1st World Blues”. Lagu ini tidak hanya mengusung elemen ska dalam musiknya tetapi juga memberikan kritik terhadap kapitalisme tahap akhir yang dianggap tidak adil dan memiskinkan. Mereka secara langsung menyebut sistem ekonomi warisan dari era Reagan, yaitu Reaganomics, serta mengkritik merek-merek ritel besar seperti Hot Topic dan Old Navy.
Trio asal Nebraska, Conor Oberst, Mike Mogis, dan Nathaniel Walcott, menyampaikan bahwa lagu ini juga sebagai bentuk penghormatan terhadap sejarah musik ska dari Desmond Dekker hingga gelombang ketiga yang dibawa oleh musisi seperti Tim Armstrong dari Rancid. Namun, “1st World Blues” bukan hanya tentang genre musik. Lirik lagu ini mengkritik budaya konsumtif dan struktur ekonomi yang timpang dengan pendekatan ringan namun tajam.
Dalam video lirik yang menyertainya, Bright Eyes menampilkan suasana urban yang terinspirasi oleh estetika hip hop New York tahun 90-an. Mereka menekankan bahwa hip hop juga memiliki tradisi panjang dalam menyatukan orang melalui musik dengan pesan politik yang subversif. Kombinasi energi dari musik ska dengan narasi kritis dalam lirik lagu ini memberikan kesan yang kuat.
Dengan merilis “1st World Blues”, Bright Eyes memperkuat posisinya sebagai band yang tidak hanya konsisten dalam eksplorasi musik tetapi juga dalam menyuarakan kegelisahan zaman. Lagu ini mungkin terdengar berbeda dari karya sebelumnya, namun justru inilah kekuatannya. Bright Eyes berhasil menciptakan keseimbangan antara hiburan dan pemikiran melalui lagu ini yang tidak hanya mengajak untuk berdansa tetapi juga untuk merenungkan siapa yang diuntungkan dan siapa yang ditinggalkan.