Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) membawa kemudahan namun juga menghadirkan fenomena baru yang disebut AIxiety. Istilah ini merujuk pada perasaan kecemasan atau ketakutan terhadap dampak AI, terutama dalam dunia kerja. Ketakutan tersebut meliputi kekhawatiran akan kehilangan pekerjaan, ketidakpastian masa depan, rasa tidak aman secara profesional, dan khawatiran akan hilangnya nilai-nilai kemanusiaan karena dominasi mesin. Di tengah otomatisasi yang semakin agresif, penting bagi individu untuk mengenali gejala AIxiety agar dapat menghadapinya dengan bijak.
AIxiety mencakup rasa cemas, ketidakpastian, dan kekhawatiran terhadap dampak AI dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam aspek pekerjaan. Istilah ini telah dikenal luas di luar negeri baik dalam laporan dari lembaga seperti SAS dan Scientific American maupun dalam forum-forum online seperti Reddit. Studi di Frontiers in Psychiatry tahun 2024 menunjukkan bahwa lebih dari 70% responden mengalami kecemasan eksistensial terkait AI, mulai dari kekhawatiran akan kehilangan pekerjaan hingga dominasi potensial AI terhadap manusia.
Beberapa faktor utama yang menyebabkan munculnya AIxiety didasarkan pada survei internasional termasuk kekhawatiran akan kehilangan pekerjaan akibat otomatisasi, ketidakpastian masa depan karena perubahan teknologi yang cepat, kurangnya literasi teknologi, persaingan global yang meningkat, dan risiko etis dan sosial yang ditimbulkan oleh AI. Rentan terhadap AIxiety adalah pekerja yang belum terbiasa dengan teknologi baru, lulusan jurusan non-teknis, pekerja industri kreatif, dan karyawan perusahaan yang kurang mendapat pelatihan AI yang memadai.
Untuk mengatasi AIxiety, individu perlu meningkatkan literasi teknologi, mengembangkan keterampilan non-teknis, berjejaring dengan komunitas profesional, menjaga kesehatan mental, dan melihat AI sebagai alat bantu untuk menciptakan nilai tambah. Meskipun AIxiety merupakan realitas baru di dunia kerja modern, fenomena ini dapat dikelola melalui pembelajaran, adaptasi, dan fokus pada pengembangan diri. Sebagai katalis untuk tumbuh dan berinovasi, AI dapat membantu individu tetap kompetitif di era kecerdasan buatan.