Spotify menghadapi gelombang kritik setelah ditemukan bahwa perusahaan tersebut berinvestasi di perusahaan produsen senjata. Musisi dari berbagai belahan dunia mulai menyuarakan boikot terhadap platform streaming musik terbesar ini. BDS Movement secara internasional mengungkap informasi tentang keterlibatan Spotify dalam mendanai perusahaan senjata melalui investasi dana. Langkah ini langsung diprotes oleh musisi, seperti rapper Inggris Lowkey dan band indie Swedia Crying Day Care Choir, yang menarik katalog lagu mereka dari Spotify sebagai bentuk solidaritas terhadap korban konflik bersenjata.
Meskipun sejumlah musisi Asia Tenggara menyuarakan kekecewaan atas isu ini, beberapa menemui kesulitan dalam menemukan alternatif distribusi musik yang seefektif Spotify. Namun, tuntutan agar Spotify bersikap transparan dan bertanggung jawab tetap terdengar. Meskipun belum memberikan pernyataan resmi, Spotify menyatakan bahwa mereka tidak memiliki kontrol langsung atas investasi dana pensiun atau portofolio keuangan eksternal lainnya. Ini menuai kritik lebih lanjut dari para analis industri musik yang menilai bahwa langkah boikot ini dapat merusak citra perusahaan.
Diskusi lebih lanjut pun muncul mengenai hubungan antara industri hiburan dan kapitalisme global. Perlunya membangun alternatif distribusi musik yang lebih etis dan transparan juga menjadi sorotan. Kampanye boikot terhadap Spotify terus berkembang dengan petisi online yang telah ditandatangani oleh puluhan ribu orang. Bagi musisi yang boikot, hal ini bukan hanya soal distribusi musik, melainkan juga soal posisi politik, keberpihakan, dan tanggung jawab moral di tengah situasi kekerasan bersenjata yang terus terjadi.