Perjalanan dengan kereta dapat menjadi pengalaman yang menyenangkan, namun apa yang terjadi ketika bumi tiba-tiba bergetar karena gempa? Mengapa langkah penghentian perjalanan kereta begitu penting setiap kali gempa terjadi? Pada Rabu (20/8) malam, gempa dengan kekuatan magnitudo 4,9 mengguncang Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, dengan getarannya dirasakan hingga wilayah sekitarnya. Sebagai langkah antisipasi, KAI Commuter langsung menghentikan perjalanan KRL untuk memeriksa jalur dan memastikan keselamatan penumpang.
Pemberhentian perjalanan kereta setelah gempa bukanlah sekadar prosedur standar, tetapi merupakan langkah penting untuk melindungi penumpang dan menjaga keselamatan jalur rel. Hal ini didasari oleh alasan ilmiah dan teknis yang menjadikannya sebagai protokol keselamatan utama dalam dunia perkeretaapian.
Ada beberapa alasan mengapa kereta api harus berhenti setelah terjadi gempa bumi. Guncangan gempa dapat merusak rel, jembatan, atau terowongan, dan mengancam keamanan perjalanan kereta. Pemeriksaan jalur oleh tim khusus menjadi langkah penting untuk memastikan tidak ada kerusakan yang membahayakan. Ini juga merupakan bagian dari SOP keselamatan yang sudah ada dalam PT Kereta Api Indonesia.
Selain itu, penghentian perjalanan juga memberi kesempatan bagi penumpang untuk tetap aman dan tenang mengikuti instruksi petugas. Dengan begitu, risiko cedera akibat guncangan mendadak bisa diminimalkan. Penumpang diminta berpegangan pada tiang penyangga dan mengikuti arahan petugas dengan tenang.
Dengan memahami pentingnya penghentian kereta api setelah gempa, penumpang bisa lebih tenang dan percaya bahwa keselamatan selalu menjadi prioritas dalam setiap perjalanan. Demikianlah tindakan tersebut tidak hanya sekadar formalitas, melainkan langkah nyata untuk melindungi banyak nyawa dalam sistem keselamatan transportasi publik yang terencana dengan baik.