FUFU CLAN, trio punk elektronik asal Jakarta, telah memasuki kancah musik independen Indonesia selama hampir satu tahun. Mereka dikenal dengan karakter musik yang segar, penuh eksperimentasi, dan konsep unik yang mereka bawa. Nama FUFU CLAN terinspirasi dari makanan fufu dan ini tercermin dalam konsep musik mereka yang singkat, catchy, dan sulit untuk dilupakan.
Single terbaru mereka, “Lantas”, merupakan kelanjutan dari tema transportasi umum yang sebelumnya mereka angkat dalam lagu “KRL”. Lagu ini memperlihatkan sisi lain dari hiruk pikuk lalu lintas Jakarta, tidak hanya sebagai potret kemacetan, tetapi juga sebagai refleksi nostalgia atas perjalanan hidup Elsha dari masa sekolah hingga menjadi musisi sekarang.
Dibalik inspirasi yang muncul dari film remaja “Camp Rock”, Hara menemukan kesan campy yang memikat baginya. Pengalaman itu mempengaruhi produksi musik mereka, menghidupkan nuansa nostalgia dalam lagu “Lantas” yang menghubungkan pengalaman pribadi dengan kenangan bersama. Faiz, sang drummer dan produser, juga memberikan lapisan berbeda dengan menghadirkan sesi sahut-sahutan bersama teman-teman komunitas mereka dalam proses kreatif.
FUFU CLAN memiliki keunikan dalam mengolah ide sederhana menjadi karya yang kompleks. Mereka tidak takut untuk melangkah di luar batas dan selalu mencuri perhatian dengan pendekatan baru yang mereka usung. Single “Lantas” adalah bukti konsistensi mereka dalam menghasilkan musik yang sederhana namun kaya dalam eksekusi.
Dirilis pada 12 September 2025, setelah penampilan mereka di PESTAPORA 2025, single “Lantas” menegaskan posisi FUFU CLAN sebagai band yang serius dalam membangun langkahnya. Mereka juga mengumumkan bahwa fokus selanjutnya adalah pengerjaan album debut yang diharapkan selesai pada akhir tahun 2025. Dengan keseluruhan warna dan inspirasi yang telah mereka tunjukkan, album ini diprediksi akan menjadi salah satu rilisan penting dalam skena musik alternatif Indonesia.
Melalui “Lantas”, FUFU CLAN sekali lagi membuktikan bahwa musik bisa diinspirasi dari hal-hal sehari-hari dan diolah menjadi sesuatu yang bisa dirasakan oleh pendengar. Mereka menawarkan potongan musik yang tidak hanya didengar, tapi dirasakan dalam bentuk potongan iklan yang terus terngiang dalam ingatan.