Industri kecerdasan buatan mengalami perkembangan pesat, terutama di perusahaan teknologi besar seperti Google. Namun, di balik inovasi yang terus dikejar, para pekerja kontrak yang banyak berkontribusi dalam melatih dan memperbaiki sistem AI, mengalami pemutusan hubungan kerja secara mendadak. Kisah para pekerja ini menyoroti ketegangan antara teknologi, tenaga kerja, dan korporasi besar. Di satu sisi, AI sangat dibutuhkan untuk menciptakan produk yang cerdas dan relevan bagi pengguna. Namun, di sisi lain, para pekerja manusia yang mengajarkan “akal sehat” kepada sistem AI tersebut menghadapi kondisi kerja yang tidak menentu.
Lebih dari 200 kontraktor yang bekerja untuk mengevaluasi dan memperbaiki produk AI Google, menghadapi pemutusan hubungan kerja selama dua gelombang PHK bulan lalu. Ini terjadi dalam konteks konflik berkelanjutan tentang upah dan kondisi kerja. Selama beberapa tahun terakhir, Google telah mengalihdayakan pekerjaan rating AI kepada ribuan kontraktor yang direkrut oleh perusahaan GlobalLogic milik Hitachi serta penyedia outsourcing lain. Pekerja menuduh bahwa pemutusan kerja juga merupakan upaya untuk membungkam protes terhadap kondisi kerja yang tidak menentu. Mereka merasa terancam dengan ketidakpastian pekerjaan dan kondisi kerja yang tidak mendukung, sambil mencurigai bahwa sistem AI dipelatih untuk menggantikan mereka.
Selain itu, pekerja juga merasakan kebijakan baru yang memberatkan, termasuk kewajiban untuk kembali ke kantor di Austin, Texas, yang memengaruhi mereka yang memiliki keterbatasan finansial, disabilitas, atau tanggung jawab keluarga. Meskipun menghadapi pekerjaan berisiko tinggi, pekerja ini mengaku digaji rendah dan dalam kondisi kerja yang tidak mendukung. Beberapa bahkan telah mengajukan pengaduan karena dipecat secara tidak adil. Google menegaskan bahwa para pekerja tersebut bukan karyawan Alphabet, melainkan karyawan GlobalLogic atau subkontraktornya.
Perjuangan para pekerja kontrak AI tidak hanya terjadi di Amerika Serikat, namun juga di berbagai belahan dunia. Hal ini menunjukkan perlunya dukungan terhadap para pekerja kontrak untuk memperjuangkan hak-hak mereka, termasuk upah yang lebih baik, kondisi kerja yang aman, dan perlindungan terhadap pemutusan kerja yang tidak adil.