Musik Hip-Hop telah menemukan tempat di kota kecil Tuban di Jawa Timur, yang sebelumnya didominasi oleh musik hardcore dan pop punk. Kolektif musik lokal DeathVoice merilis single “Arunika” sebagai bentuk perlawanan dan tekad untuk mengembangkan Hip-Hop di kota mereka. Lagu ini bukan hanya sekadar musik, tetapi juga simbol perjalanan mereka dari nol, melawan keraguan, dan memberikan suara bagi yang terpinggirkan.
“Arunika” dipilih sebagai metafora untuk menandai awal mula dan titik balik di Tuban, yang sebelumnya minim upaya mengembangkan suara Hip-Hop. DeathVoice ingin membuktikan keberadaan sejati Hip-Hop di kota kecil mereka. Lirik dari lagu tersebut merefleksikan semangat perjuangan mereka, dan bagian reffrain menyuarakan kegelisahan dan suara anak muda yang merasa tak didengar.
Dengan komitmen yang kuat, DeathVoice menjadikan lagu “Arunika” sebagai deklarasi gerakan kebudayaan Hip-Hop di Tuban. Meskipun Tuban dianggap tertinggal dalam hal kreativitas musik, mereka percaya bahwa lagu ini dapat menjadi pemantik untuk memacu kota kecil mereka mengejar tren musik di Indonesia. Gerakan ini mulai membuahkan hasil dengan munculnya musisi lokal lain seperti Lost Control yang siap merilis single Hip-Hop mereka.
Dari Tuban, DeathVoice membawa pesan bahwa musik bukan hanya tentang genre, tetapi juga tentang menyatukan suara-suara yang terpinggirkan. “Arunika” bukan hanya sekadar lagu, tetapi juga nyala api perlawanan yang berusaha menerangi kegelapan, membawa perubahan bagi musik Hip-Hop di Tuban.