Anindya Novyan Bakrie, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), secara tegas menekankan posisi geopolitik dan ekonomi Indonesia di tengah persaingan antara dua blok besar dunia, yaitu Barat yang dipimpin oleh AS dan Timur yang dipengaruhi oleh China. Dalam akun Instagram resminya, @anindyabakrie, Anindya menyatakan bahwa Indonesia adalah negara nonblok yang siap bekerjasama dengan semua pihak, sejalan dengan semangat para pendiri bangsa. Indonesia diharapkan dapat tetap menjaga posisi strategis sebagai penyeimbang antara dua kutub besar dunia, Barat dan Timur, dalam bidang ekonomi, stabilitas, dan perdamaian.
Anindya juga menyoroti pentingnya stabilitas kawasan dan peluang kerja sama ekonomi setelah menghadiri jamuan makan malam kenegaraan di Qatar yang dihadiri oleh Presiden AS Donald Trump dan Emir Qatar, Sheikh Tamim ibn Hamad Al Thani. Dalam wawancara dengan Bloomberg TV, Anin mengungkapkan bahwa pertemuan tersebut membawa semangat positif dan membuka peluang bagi peningkatan kerja sama dagang dan investasi lintas kawasan.
Anindya menekankan bahwa stabilitas kawasan Timur Tengah memiliki dampak global yang penting, terutama bagi Indonesia yang akan menjadi tuan rumah pertemuan ASEAN. Ia juga berbicara mengenai nilai perdagangan Indonesia-AS yang mencapai US$ 40 miliar, menjadi mitra dagang terbesar kedua Indonesia setelah China. Anin optimistis bahwa angka ini dapat meningkat dua kali lipat dalam dua hingga tiga tahun mendatang.
Selain itu, Anindya juga menyoroti peluncuran Sovereign Wealth Fund (Danantara) oleh Indonesia, dengan aset kelolaan mencapai 900 miliar dollar AS. Ia berharap bahwa Indonesia dapat memainkan peran sebagai jembatan ekonomi antara berbagai kekuatan besar dunia, membawa manfaat bagi rakyat Indonesia dan dunia secara keseluruhan.
Dalam menyikapi rencana kunjungan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri China ke Indonesia, Anindya menekankan pentingnya menjaga keseimbangan hubungan bilateral di tengah rivalitas kekuatan besar. Meskipun Indonesia saat ini mengalami tingkat inflasi yang relatif rendah, Anindya memperingatkan bahwa tekanan inflasi global akibat konflik dagang tetap menjadi perhatian serius. Anindya berharap agar Indonesia dapat mengelola hubungan dengan AS dan China secara seimbang demi keuntungan bersama.