Produsen chip Nvidia yang merupakan milik Jansen Huang berhasil mencatat laba sebesar US$ 8 miliar atau sekitar Rp 130,3 miliar pada kuartal pertama tahun 2025. Angka tersebut jauh melebihi perkiraan pasar yang mengindikasikan kemungkinan kerugian perusahaan akibat pembatasan ekspor chip dari Amerika Serikat ke Tiongkok. Saham Nvidia bahkan mengalami lonjakan hampir 5 persen pada sesi perdagangan Kamis, 29 Mei 2025, mendekati harga tertinggi sepanjang masa yang terjadi pada bulan Januari 2025.
Para investor pun antusias dengan kinerja Nvidia saat ini, mencari tanda-tanda bahwa perusahaan mampu meredakan kekhawatiran jangka pendek. Pendapatan dari segmen pusat data meningkat signifikan sebesar 75 persen dibanding tahun sebelumnya menjadi US$ 39,1 miliar, meskipun pertumbuhan ini sedikit melambat dibandingkan periode sebelumnya. Melihat hasil ini, Nvidia berhasil melampaui ekspektasi pasar yang sebelumnya mengantisipasi angka penjualan yang lebih rendah akibat regulasi yang menghambat.
CEO Nvidia, Jensen Huang, menyambut pertumbuhan ini dengan positif, terutama karena permintaan global akan kecerdasan buatan yang semakin meningkat. Nvidia mendesakkan dominasinya di pasar cloud dan layanan AI dengan chip tercanggihnya, Blackwell. Perusahaan ini juga berupaya mengatasi kerugian yang diakibatkan oleh pembatasan ekspor dengan mencari izin peredaran untuk chip H20 dari pemerintah AS. Selain itu, Nvidia juga menargetkan penjualan sebesar US$ 45 miliar pada kuartal berikutnya, dengan harapan margin keuntungan semakin membaik.