Setelah hampir dua dekade melangkah dengan penuh semangat, Santamonica kembali menegaskan posisinya sebagai unit musik yang berani dan inovatif. Single terbaru mereka berjudul “SIN” mencerminkan amarah dan keresahan, terutama dari perspektif perempuan, tentang luka yang disebabkan oleh sistem patriarki dan stigma yang melekat pada perempuan sebagai sumber dosa. Lagu ini, ditulis oleh Sistine alias Anindita Saryuf, bersama dengan Joseph Saryuf, telah hadir sejak 2008 tetapi semakin relevant dalam konteks saat ini. Momen titik balik dalam lagu ini menggambarkan kemarahan perempuan yang menolak untuk tunduk lagi, sebagaimana diilustrasikan oleh perubahan karakteristik Daenerys Targaryen dalam “Game of Thrones”.
Secara musikal, “SIN” hadir dengan nuansa gelap, atmosfer tebal, dan lirik puitis yang mengalir dengan penuh emosi. Santamonica mempertahankan gaya mereka yang mengundang pendengar untuk merenung dan merasakan setiap nuansa lagu tanpa perlu klimaks yang meledak. Selain liriknya yang kaya akan makna, visual dari single “SIN” juga memberikan kesan yang mendalam dengan konsep diorama dalam kotak kaca yang menggambarkan mitologi, feminitas, dan perlawanan tanpa suara.
Dalam perjalanan menuju album selanjutnya, ‘Wunderkammer’, Santamonica terus mengembangkan arah baru dengan keberanian tematik dalam lagu-lagu mereka. “SIN” bukan hanya tentang perempuan atau sistem yang menindas, tetapi juga tentang cara menghadapi luka masa lalu dan memilih untuk bangkit. Melalui lagu ini, Santamonica membuka ruang naratif yang kompleks dan memungkinkan suara-suara sunyi untuk didengar dengan lebih jelas. Dengan kesatuan antara musik, visual, dan koreografi yang dipersembahkan dalam “SIN”, Santamonica memperkuat identitas artistik mereka sebagai perwakilan musik yang jujur dan berani.