Perjalanan udara di Asia mengalami peningkatan signifikan setelah pandemi, memperkuat posisi kawasan ini sebagai pusat penerbangan internasional dan regional terkemuka. Dari Singapura hingga Indonesia, bandara di Asia Tenggara melaporkan peningkatan lalu lintas penumpang pada awal tahun 2025. Beberapa bandara tersibuk di Asia termasuk Bandara Changi Singapura, Bandara Internasional Kuala Lumpur, dan Bandara Internasional Jakarta Soekarno-Hatta. Seperti halnya Bandara Suvarnabhumi Bangkok dan Bandara Internasional Manila Ninoy Aquino, kota-kota seperti Hanoi dan Ho Chi Minh juga melaporkan pertumbuhan lalu lintas udara yang signifikan.
Bandara-bandara ini mencatat peningkatan lalu lintas penumpang berkat pembukaan kembali jalur penerbangan dan langkah-langkah bantuan penerbangan pasca COVID-19. Bandara-bandara di Asia Tenggara juga memainkan peran penting sebagai pusat transit regional, menghubungkan berbagai destinasi di Asia dengan jalur penerbangan yang efisien. Selain itu, pariwisata dan ekonomi yang pulih juga turut mendorong pertumbuhan lalu lintas udara di kawasan ini.
Dengan peningkatan permintaan perjalanan dari berbagai negara seperti India, Tiongkok, dan Australia, bandara-bandara di Asia Tenggara terus berperan sebagai gerbang udara utama yang menghubungkan kawasan ini dengan dunia luar. Meskipun masih menghadapi beberapa tantangan terkait kapasitas dan infrastruktur, pertumbuhan lalu lintas udara di Asia Tenggara menunjukkan potensi yang cerah bagi industri penerbangan di wilayah tersebut.