PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), sebagai penyedia makanan waralaba terkenal KFC, mengumumkan penerimaan kredit senilai Rp 925 miliar dari Bank Mandiri. Kedua belah pihak telah menandatangani tiga akta perjanjian kredit pada 4 Juni 2025. Fasilitas kredit ini penting untuk menopang kondisi keuangan perusahaan yang sedang mengalami tekanan. Pengamat Pasar Modal, Ibrahim Assuaibi, menyoroti beberapa faktor yang menyebabkan penurunan kinerja keuangan KFC dalam beberapa tahun terakhir.
Salah satu faktor yang disebutkan oleh Ibrahim adalah dampak dari serangan Israel terhadap Gaza pada tahun 2023, yang membuat banyak masyarakat, termasuk di Indonesia, mengecam tindakan Israel. Majelis Ulama Indonesia (MUI) bahkan sempat mengeluarkan seruan boikot terhadap produk-produk yang dianggap pro-Israel, termasuk produk KFC. Dampak dari boikot ini sangat signifikan bagi kinerja keuangan KFC.
Meskipun menghadapi berbagai kendala, Manajemen FAST tetap yakin bahwa situasi ini akan berlalu dan bisnis KFC dapat pulih. Mereka percaya bahwa keputusan untuk tetap beroperasi di Indonesia akan membawa hasil yang positif di masa depan. Namun, perusahaan harus menjalani berbagai tantangan, termasuk beban keuangan yang meningkat, penurunan pendapatan sejak 2020, beban operasional tinggi, kenaikan biaya bahan baku, strategi ekspansi yang tidak adaptif, serta utang dan kewajiban finansial yang membengkak.
Kondisi ini membuat KFC terancam bangkrut dan bergantung pada kucuran dana dari pihak perbankan. Kejatuhan KFC tidak hanya berdampak pada perusahaan itu sendiri, tetapi juga pada ekonomi dan pasar keuangan di sektor makanan dan minuman. Dengan upaya terus menerus, diharapkan KFC dapat kembali pulih dan tetap eksis di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat.