Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia diproyeksikan akan meningkat hingga 2,78 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2025, mencapai sekitar Rp 662 triliun. Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Nathan Kacaribu, menjelaskan bahwa proyeksi ini didasarkan pada banyaknya belanja pemerintah yang perlu dipercepat. Febrio menekankan pentingnya percepatan belanja, terutama dalam pelaksanaan program-program prioritas Presiden Prabowo. Upaya mempercepat belanja diharapkan akan mendukung pemulihan ekonomi pada semester II-2025. Penurunan tarif impor menjadi 19 persen oleh Presiden AS, Donald Trump, diharapkan juga dapat memberikan stimulus tambahan bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya telah menyampaikan kepada Presiden Prabowo tentang proyeksi defisit APBN 2025 yang diperkirakan akan meningkat menjadi 2,78 persen atau sekitar Rp 662 triliun, melebihi target awal sebesar 2,53 persen. Proyeksi tersebut diprediksi akan memberikan dampak positif terhadap aktivitas manufaktur dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.