Seorang siswi Sekolah Dasar (SD) yang tinggal di Kota Semarang, Jawa Tengah, menjadi viral di media sosial karena harus menyusuri sungai setiap hari untuk pergi ke sekolah. JES, murid kelas II di SDN 01 Sampangan, Gajahmungkur, Kota Semarang, harus menghadapi jalanan terjal dan basah di sepanjang sungai bersama ibunya Imelda Tobing. Hal ini terjadi karena akses jalan utama ditutup akibat sengketa lahan yang terjadi sejak tahun 2011.
Ayah JES, Juladi Boga Siagian, membeli lahan dari seseorang bernama Zaenal Chodirin secara bertahap dan disepakati secara lisan. Namun, setelah Zaenal meninggal dunia, adik kandungnya yang bernama Sri Rejeki mengklaim sebagai pemilik sah tanah tersebut berdasarkan sertifikat resmi. Proses hukum berjalan hingga akhirnya Juladi diputus bersalah karena menggunakan lahan tanpa hak dan dihukum penjara selama tiga bulan.
Sri Rejeki menutup akses jalan yang biasa digunakan oleh keluarga Juladi, meskipun proses banding telah diajukan. Pengacara Sri Rejeki, Roberto Sinaga, mengatakan penutupan akses dilakukan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dan sebagai langkah preventif. Meski telah coba mediasi, belum ada penyelesaian hingga saat ini.
Konflik lahan ini telah berlangsung selama bertahun-tahun dan berdampak pada kesulitan akses transportasi bagi keluarga Juladi. Dalam upaya mencari solusi, beberapa tawaran damai telah diajukan namun belum ada titik temu pada kedua belah pihak. Area yang disengketakan sekitar 3,5 meter telah diukur oleh Badan Pertanahan Nasional dan berada di tempat tinggal Juladi. Keberadaan rumah mereka yang berada di tepi sungai semakin menambah kompleksitas situasi ini.
Penutupan akses jalan dan perselisihan terus berlanjut tanpa titik temu, mengakibatkan siswi SD harus terus menyusuri sungai setiap hari. Situasi ini menimbulkan ancaman kesehatan dan keselamatan bagi keluarga tersebut. Meskipun proses hukum telah berjalan, hingga saat ini belum ada penyelesaian yang memuaskan bagi kedua belah pihak.