Perkembangan dunia kerja pada tahun 2025 menunjukkan sebuah realita yang berbeda, terutama bagi para pria Gen Z. Meskipun memiliki gelar sarjana, banyak di antara mereka mengalami kesulitan untuk memasuki pasar kerja. Riset terbaru menunjukkan bahwa gelar perguruan tinggi tidak lagi memberikan keunggulan signifikan dalam proses melamar pekerjaan, terutama bagi pria usia 22-27 tahun. Data menunjukkan bahwa tingkat pengangguran pria dalam rentang usia tersebut, baik yang berkuliah maupun tidak, hampir sama.
Survei dari Current Population Survey di Amerika Serikat menunjukkan bahwa tingkat pengangguran lulusan baru perguruan tinggi mencapai 5,5%, meskipun masih lebih rendah dibandingkan dengan tingkat pengangguran umum dalam rentang usia yang sama. Hal ini menandakan bahwa nilai dari gelar akademik semakin luntur di mata perusahaan. Pria dengan gelar sarjana kini menghadapi tingkat pengangguran yang hampir setara dengan pria yang tidak berkuliah, sebuah perbedaan yang sangat kontras dengan kondisi sepuluh tahun sebelumnya.
Sementara laki-laki lulusan kuliah mengalami kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan, perempuan lulusan kuliah justru memiliki tingkat pengangguran yang lebih rendah, khususnya bagi mereka yang memilih karier di sektor kesehatan. Banyak perempuan yang lebih fleksibel dalam menerima tawaran pekerjaan, bahkan jika pekerjaan tersebut tidak sepenuhnya sesuai dengan kualifikasi atau cita-cita mereka. Di sisi lain, banyak pria memilih menunggu pekerjaan yang lebih ideal, yang membuat mereka menganggur dalam jangka waktu yang lebih lama.
Fenomena lain yang mencuat adalah banyaknya pria Gen Z yang beralih ke jalur keterampilan teknis atau vokasi, melihat kondisi dunia kerja yang tidak sesuai dengan harapan mereka. Data juga menunjukkan bahwa sebagian besar Gen Z yang menganggur termasuk dalam kategori NEET (Not in Employment, Education, or Training), yang menunjukkan bahwa gelar sarjana saja tidak cukup untuk menjamin kesuksesan di dunia kerja.
Tren ini menjadi peringatan bagi para lulusan baru bahwa dunia kerja saat ini lebih menghargai keterampilan praktis, fleksibilitas, dan kemampuan adaptasi. Sebagai individu, penting untuk terus mengembangkan soft skills, pengalaman kerja, serta siap mempertimbangkan jalur karier alternatif seperti melalui pendidikan vokasi. Dengan begitu, kita dapat lebih siap dalam menghadapi perubahan dan meraih masa depan yang sukses.