Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri teknologi masih terus terjadi. Kali ini, Oracle dilaporkan melakukan pemangkasan ribuan pegawai di berbagai negara. Oracle dikenal melakukan restrukturisasi besar-besaran untuk menyesuaikan prioritas bisnis dan menghadapi tekanan biaya yang semakin meningkat. Menurut laporan DataCenter Dynamics, lebih dari 3.000 karyawan Oracle telah dipecat dalam PHK yang dimulai sejak bulan Agustus dan meluas ke berbagai wilayah di dunia.
PHK yang terjadi menimbulkan dampak yang dirasakan oleh para pekerja di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, India, Filipina, Kanada, dan wilayah Eropa. Para pekerja terutama yang bekerja di sektor Oracle Cloud Infrastructure (OCI), Oracle Health (sebelumnya Cerner), arsitek, dan divisi lainnya dilaporkan terdampak. Di Filipina, tim Oracle Advanced Customer Services (ACS) serta NetSuite Global Business Unit (NSGBU) dilaporkan dipecat setelah menghadiri rapat yang disebut sebagai “Business Update”.
Di Amerika Serikat, PHK terutama menyasar karyawan di bidang Oracle Health, termasuk peran di Care Delivery dan Consulting. Sebanyak 101 PHK di Seattle juga tercatat dalam dokumen yang diajukan ke Departemen Keamanan Kerja Negara Bagian Washington. Selain itu, karyawan di India di bagian teknologi dan fungsi dukungan juga terkena dampak PHK. Meski Oracle belum merilis pernyataan resmi, total lebih dari 3.000 pekerja di seluruh dunia dilaporkan telah dipecat.
Restrukturisasi ini merupakan bagian dari perubahan prioritas korporasi dan tekanan efisiensi biaya yang dialami Oracle. Gelombang PHK ini terjadi setelah akuisisi Oracle terhadap Cerner pada tahun 2022 dengan nilai yang cukup besar. Hal ini menandakan adanya restrukturisasi yang lebih luas di perusahaan tersebut. Semoga dengan informasi ini dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam terkait kondisi perusahaan teknologi ini.