Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) semakin mempengaruhi perusahaan besar dengan cara yang positif. Sebagai gantinya untuk mengurangi jumlah karyawan, organisasi kini lebih cenderung untuk mengadaptasi cara kerja dan tanggung jawab tim agar lebih efisien. Mereka memilih untuk menggabungkan tanggung jawab daripada melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), menghasilkan dampak minim terhadap tenaga kerja.
Namun, meskipun optimisme terhadap AI meningkat, masih ada beberapa tantangan yang dihadapi. Banyak karyawan merasa bahwa teknologi ini masih belum sepenuhnya matang dalam memenuhi ekspektasi peningkatan produktivitas yang diinginkan oleh perusahaan. Masih ada kekurangan tenaga ahli AI, sehingga adopsi teknologi ini masih tersebar tidak merata di berbagai perusahaan.
Hasil studi menunjukkan bahwa peran-pean terutama junior, lulusan baru, administratif, entri data, dan beberapa peran lainnya dapat terpengaruh secara signifikan. Namun, dampak dari penggunaan AI pada lapangan kerja masih relatif minim, dan implementasinya cenderung untuk mengkonsolidasikan peran dalam perusahaan. Selain itu, masih ada banyak perusahaan yang belum sepenuhnya memanfaatkan potensi AI secara optimal.
Dengan kondisi ini, perlu adanya investasi yang tepat dari perusahaan untuk memastikan implementasi AI dapat memberikan hasil yang diharapkan. Karyawan juga perlu dilibatkan dalam proses penggunaan AI, agar mereka dapat menyesuaikan diri dengan teknologi ini dan menghasilkan hasil yang efisien. Selain itu, perusahaan juga perlu mempertimbangkan keterbatasan AI dalam menyelesaikan tugas tertentu dengan tepat sehingga tidak menimbulkan kelelahan atau burnout pada karyawan.