Dokter spesialis kesehatan jiwa dari RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Dr. dr. Kristiana Siste Kurniasanti, SpKJ(K), mengungkapkan bahwa remaja rentan mengalami adiksi karena perkembangan otak yang belum matang sepenuhnya. Menurut Kristiana, otak remaja masih dalam tahap berkembang, terutama pada bagian prefrontal cortex yang berfungsi untuk mengambil keputusan, mengatur emosi, dan menilai situasi.
Kristiana menjelaskan bahwa prefrontal cortex baru mencapai tahap sempurna di usia 21 atau 22 tahun. Oleh karena itu, pada usia remaja, proses pengambilan keputusan masih bersifat impulsif dan didorong oleh emosi. Faktor biologis seperti sistem pengeluaran hormon dopamin dan faktor keturunan juga berperan dalam munculnya adiksi.
Selain faktor biologis, pola asuh yang terlalu bebas atau terlalu ketat juga dapat mempengaruhi timbulnya adiksi pada remaja. Kristiana menyarankan agar orang tua menerapkan pola asuh yang hangat, mengedepankan empati, dan komunikasi yang baik untuk mencegah adiksi pada anak-anak dan remaja.
Dengan demikian, kesadaran akan rentannya remaja terhadap adiksi serta peran faktor-faktor seperti perkembangan otak, biologis, dan pola asuh dapat membantu mencegah dan mengatasi masalah adiksi pada generasi muda.