Sebagai bagian dari kelas pekerja, kita sering merasakan kegelisahan dan kecemasan yang dibiarkan tumbuh, dengan harapan bahwa semuanya akan baik-baik saja saat gajian tiba. Hal ini yang ingin disampaikan oleh Tiresome, sebuah band post-hardcore dari ujung utara Pulau Sulawesi.
Meskipun anggotanya, Firli, Aries, dan Sadam, kini tinggal di kota yang berbeda, semangat Tiresome tetap berkobar untuk berkarya. Mereka merilis maxi-single “Lethargica/Corkscrew” pada Maret lalu melalui label hardcore asal Manado, No Match Records. Pada akhir tahun 2024, Tiresome merilis EP terbaru mereka, “Bleeder”.
EP “Bleeder” berisi curhatan dari ketiga personel yang juga bekerja kantoran. Mereka mengekspresikan keresahan dan kecemasan yang mereka alami sebagai bagian dari kelas pekerja, dengan cerita tentang relakan impian dan ambisi, berpura-pura bahagia di tempat kerja, dan ingin melarikan diri dari tekanan dan rutinitas.
Dalam segi musikal, “Bleeder” mencampur elemen musik altenatif era 90-an dengan nuansa post-hardcore. EP ini menjadi bukti kontribusi Tiresome dalam musik lokal dan akan dirilis di bawah naungan Loverman Records pada 18 Oktober.
Proses pembuatan album dilakukan secara daring karena anggota band tinggal di tiga kota yang berbeda. Rekaman gitar dilakukan di Howl’s Co-space, sementara drum, vokal, mixing, dan mastering ditangani oleh Firman Pakaya di Alterego Studio, Bitung.
Artwork “Bleeder” dibuat oleh Djoko Iksan, seorang seniman visual dari Surabaya, yang berhasil menangkap esensi kehidupan para pekerja kantoran. Keberanian Tiresome untuk terus berkarya meskipun terhadap tantangan geografis dan rutinitas patut diapresiasi. Mereka bahkan merencanakan tur ke Pulau Jawa di masa depan.
“Dengan konsistensi dalam karya, Tiresome membuktikan bahwa musik mereka bukan hanya hiburan, tetapi juga refleksi sosial dari kegelisahan para pekerja dalam siklus rutinitas. Melalui ‘Bleeder’, Tiresome berhasil mengungkapkan keresahan yang dirasakan banyak orang di kelas pekerja,” ujar mereka.
Melalui EP ini, Tiresome memberikan ruang bagi orang-orang untuk merenung dan mungkin sedikit bernapas dari tekanan hidup yang terus menghimpit.