Minggu, 21 April 2024 – 11:31 WIB
Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, kinerja nilai ekspor batik Indonesia mencapai US$17,45 juta pada tahun 2023. Batik asal Indonesia paling banyak diekspor ke Amerika Serikat dengan porsi 74,75 persen, Jerman 3,61 persen, Singapura 3,23 persen, Malaysia 2,82 persen, dan Kanada 1,92 persen.
Baca Juga :
Kementan Lepas Ekspor Komoditas Perkebunan ke Pasar Asia dan Eropa
Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank, terus memperkuat komitmennya untuk mewujudkan ekosistem ekspor yang berkelanjutan sehingga dapat memberikan kontribusi signifikan bagi ekspor nasional. Salah satu wujud nyata adalah dengan melakukan pendampingan kepada perajin batik aromaterapi yang menjadi ciri khas Madura.
“LPEI terus berkomitmen mewujudkan ekosistem ekspor yang berkelanjutan hingga menciptakan kesejahteraan bagi para perajin batik,” kata Kepala Divisi Jasa Konsultasi LPEI, Ilham Mustafa dalam keterangannya Sabtu, 20 April 2024.
Baca Juga :
5 Negara yang Pasok Senjata Terbesar ke Israel untuk Lawan Iran, AS Jadi yang Terbesar
Untuk mendorong ekosistem ekspor berkelanjutan yang dapat memberikan kontribusi signifikan bagi ekspor nasional, LPEI berkolaborasi dengan Kemenkeu Satu (Bea Cukai dan Direktorat Jenderal Pajak), dan Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Provinsi Jawa Timur untuk
melakukan pendampingan kepada 139 perajin perempuan binaan Al-Warits dari 11 desa di Kabupaten Bangkalan, Pamekasan dan Sumenep.
Baca Juga :
Bangga Promosikan Batik, Desainer Barbie Awliya Berjuang Keras di Paris
Berbagai pelatihan dan pendampingan LPEI untuk desain batik gentong Madura dan peningkatan kapasitas produksi dalam satu tahun terakhir mulai membuahkan hasil.
LPEI pun, berhasil meningkatkan kapasitas produksi perajin batik meningkat dari 400 kain per hari menjadi 4.000 kain per hari dan pendapatan perajin dari Rp 300.000 menjadi Rp 1.250.000 per bulan.
Dia menjelaskan, program Desa Devisa dirancang untuk memberikan pendampingan yang komprehensif dan berkelanjutan dengan tujuan membuka potensi ekspor komoditas unggulan daerah. Pendampingan Desa Devisa Batik Aromaterapi ini berhasil mendorong ekspor produk batik aromaterapi ke negara Amerika Serikat, Malaysia, Singapura, Korea, dan Jepang.
Sementara itu, perempuan milenial, Warisatul Hasanah yang mendirikan Batik Al-Warits. Al Warits telah menjadi mitra binaan LPEI mengatakan, LPEI bersama Kemenkeu Satu juga memberikan berbagai pelatihan lainnya dalam rangka penguatan kapasitas dan organisasi perusahaan.
“Selain penguatan kompetensi dan peningkatan kapasitas produksi, kami juga diberikan pelatihan penyusunan laporan keuangan, manajemen perusahaan, prosedur dan perizinan ekspor serta penyuluhan perpajakan dalam rangka meningkatkan kapasitas bisnis Desa Devisa Batik
aromaterapi,” jelasnya.
Sebagi informasi, batik aromaterapi adalah produk unik yang mengeluarkan aroma wangi rempah dan bunga dari kain batiknya, tahan hingga empat tahun meskipun dicuci berulang-ulang.
Halaman Selanjutnya
Dia menjelaskan, program Desa Devisa dirancang untuk memberikan pendampingan yang komprehensif dan berkelanjutan dengan tujuan membuka potensi ekspor komoditas unggulan daerah. Pendampingan Desa Devisa Batik Aromaterapi ini berhasil mendorong ekspor produk batik aromaterapi ke negara Amerika Serikat, Malaysia, Singapura, Korea, dan Jepang.